A. PERBEDAAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
Dalam kondisi persaingan untuk
mencapai akumulasi materiil tertentu, atau untuk meraih status
sosial bagi suatu individu atau kelompok sosial tertentu, pada
suatu lingkungan/wilayah di mana norma-norma dan tata hukum dalam
kondisi goyah, dapat merangsang munculnya prasangka dan diskriminasi
dapat dibedakan dengan jelas. Prasangka bersumber dari suatu sikap.
Diskriminasi menunjuk kepada suatu tindakan. Dalam pergaulan
sehari-hari sikap berprasangka dan diskriminasi seolah-olah menyatu,
tidak dapat dipisahkan.
B. SEBAB –SEBAB TIMBULNYA PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
- Berlatar belakang sejarah
Orang-orang kuli putih di Amerika Serikat
berprasangka negatif terhadap orang-orang Negro, berlatar belakang
pada sejarah masa lampau, bahwa orang-orang kulit putih sebagai tuan dan
orang-orang Negro berstatus sebagai budak.
- Dilatarbelakangi oleh perkembangan sosio - kultural dan situasional
Suatu prasangka muncul dan berkembang
dari suatu individu terhadap individu lain, atau terhadap kelompok
sosial tertentu manakala terjadi penurunan status atau terjadi Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK) oleh pimpinan Perusahaan terhadap karyawannya.
- Bersumber dari faktor kepribadian
Keadaan frustrasi dari beberapa orang
atau kelompok sosial tertentu merupakan kondisi yang cukup untuk
menimbulkan tingkah laku agresif. Para ahli beranggapan bahwa prasangka
lebih dominan disebabkan tipe tiepe kepribadian orang-orang
tertentu.
- Berlatar belakang dari perbedaan keyakinan, kepercayaan dan agama
Bisa ditambah lagi dengan perbedaan
pandangan politik, ekonomi dan ideologi. Prasangka yang berakar
dari hal-hal tersebut di atas dapat dikatakan sebagai suatu
prasangka yang bersifat universal. Beberapa diantaranya : Konflik
Irlandia Utara-Irlandia Selatan, Konflik antara golonganb keturunan
Yunani-Turki di Cyprus dan perang Iran-Irak berakar dari latar belakang
adanya prasangka agama/kepercayaan agama.
C. DAYA UPAYA UNTUK MENGURANGI / MENGHILANGKAN PRASANGKA DAN DISKRIMINASI
- Perbaikan kondisi sosial ekonomi
Pemerataan pembangunan dan usaha
peningkatan pendapatan bagi warga negara Indonesia yang masih tergolong
di bawah garis kemiskinan akan mengurangi adanya kesenjangan-kesenjangan
sosial anatar si kaya dan si miskin.
- Perluasan kesempatan belajar
Adanya usaha-usaha pemerintah dalam
perluasan kesempatan belajar bagi seluruh warganegara Indonesia,
paling tidak dapat mengurangi prasangka bahwa program pendidikan,
terutama pendidikan tinggi hanya dapat dinikmati oleh
kalangan ma yarakat menengah dan kalangan atas.
- Sikap terbuka dan sikap lapang
Harus selalu kita sadari bahwa
berbagai tantangan yang datang dari luar ataupun yang datang dari
dalam negeri, semuanya akan dapat merongrong keutuhan negara dan
bangsa. Kebhinekaan masyarakat berikut sejumlah nilai yang melekat,
merupakan basis empuk bagi timbulnya prasangka, diskriminasi, dan
keresahan.
D. ETNO
SENTRISME
Setiap suku bangsa atau ras tertentu akan
memiliki ciri khas kebudayaan, yang sekaligus menjadi kebanggaan
mereka. Suku bangsa, ras tersebut dalam kehidupan sehari-hari bertingkah
laku sejalan dengan norma-norma, nilai nilai yang terkandung dan
tersirat dalam kebudayaan tersebut.
Suku bangsa, ras tersebut cenderung
menganggap kebudayaan mereka sebagai salah ssesuatu yang prima, riil,
logis, sesuai dengan kodrat alam dan sebaginya. Segala yang berbeda
dengan kebudayaan yang mereka miliki, dipandang sebagai sesuatu yang
kurang baik, kurang estetis, bertentangan dengan kodrat alam dan
sebagainya.
Hal-hal tersebut di atas dikenal sebagai
ETNOSENTRISME, yaitu suatu kecendrungan yang menganggap nilai-nilai
dan norma-norma kebudayaannya sendiri sebagai suatu yang prima, terbaik,
mutlak, dan dipergunakannya sebagai tolak ukur untuk menilai dan
membedakannya dengan kebudayaan lain.
Etnosentrisme nampaknya merupakan
gejala sosial yang universal, dan sikap yang demikian biasanya
dilakukan secara tidak sadar. Dengan demikian etnosentrisme merupakan
kecendrungan tak sadar untuk menginterpretasikan atau meni1ai kelompok
lain dengan tolak ukur kebudayaannya sendiri. Sikap etnosentrisme
dalam tingkah laku berkomunikasi nampak canggung, tidak luwes.
Akibatnya etnosentrisme penampilan yang etnosentrik, dapat menjadi
penyebab utama kesalah pahaman dalam berkomunikasi. Etnosentrisme dapat
dianggap sebagai sikap dasar ideologi Chauvinisme pernah dianut oleh
orang orang Jerman pada zaman Nazi Hitler. Mereka merasa dirinya
superior, lebih unggul dari bangsa-bangsa lain, dan memandang
bangsa-bangsa lain sebagai inferior, lebih rendah, nista dsb.
Sumber: http://imanaryhartono-ug.blogspot.co.id/2014/01/tugas-isd-bab-10.html
0 komentar:
Posting Komentar